ALIRAN PROGRESIVISME
BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagai
hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam
pandangan dan aliran yang berbeda-beda.
Pandangan-pandangan filosuf itu ada kalanya saling menguatkan dan ada
juga yang saling berlawanan. Hal ini antara
lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun
untuk objek dan masalah yang sama.
Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang di dapat
juga akan berbeda. Perbedaan pandangan
filsafat tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga
muncul aliran-aliran filsafat pendidikan.
Dengan
kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang
dikembangkan oleh seseorang filosuf, tentu berdasarkan dan bercorak serta
diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya.
Di
dalam makalah ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat
pendidikan, yaitu aliran progresivisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan
pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada
anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang
berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).[1]
Aliran progresivisme adalah suatu
aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia,
terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha
pembaharuan di dalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran
progresivisme ini.[2]
Biasanya aliran progresivisme ini
dihubungkan dengan pandangan hidup liberal “The liberal road to culture”. Maksudnya adalah pandangan hidup yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan,
tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curious (ingin mengetahui, ingin
menyelidiki), toleran dan open-minded ( mempunyai hati terbuka).[3]
B.
Sifat-sifat Aliran Progresivisme
Sifat-sifat
umum aliran progresivisme dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok:[4]
1.
Sifat-sifat
negatif
Sifat itu dikatakan negative dalam
arti bahwa, progresivisme menolak otoritarisme dan absolutism dalam segala
bentuk, seperti misalnya terdapat dalam agama, politik, etika, dan
epistemologi.
2.
Sifat-sifat
positif
Positif dalam arti, bahwa progresivisme menaruh kepercayaan
terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh
manusia dari alam sejak ia lahir “man’s natural powers”. Terutama yang
dimaksud ialah kekuatan-kekuatan manusia untuk terus menerus melawan dan
mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul dan kegawatan-kegawatan yang
timbul dari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
C.
Sejarah Perkembangan Aliran Progresivisme
Dalam ruang politik, gerakan-gerakan
progresivisme ini di antaranya dipelopori dua tokoh, yaitu Robert La Follete
dan Woodrow Wilson yang sepanjang waktu keduanya terus melakukan upaya-upaya
pleasure pada kekuasaan-kekuasaan politik yang dipandang kontraproduktif dengan
kepentingan-kepentingan masyarakat umum.
Sementara, di sisi yang lain,
gerakan ini berupaya pula menghilangkan monopoli-monopoli ekonomi, termasuk
berbagai pengupayaan pada hunian-hunian masyarakat pinggiran. Dari itulah awal mula istilah lahirnya
progresivisme. Dalam perkembangannya,
istilah ini kemudian digunakan pula dalam ruang pendidikan untuk menyebut
aliran pendidikan yang mencoba mengkritisi pendidikan tradisional.[5]
Progresivisme lahir sebagai
pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan, terutama sebagai lawan terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan
belas.[6]
Pengaruh intelektual utama yang
melandasi pendidikan progresif adalah John Dewey, Sigmund Freud, dan Jean
Jacques Rousseau. Dewey menjadikan
sumbangan pemikirannya sebagai seorang fisuf aliran pragmatik yang menuliskan
banyak hal tentang landasan-landasan filosofis pendidikan dan berupaya menguji
keabsahan gagasan-gagasannya dalam laboratorium sekolahnya di Universitas
Chicago. Pengaruh kedua adalah teori
psikoanalisis Freud. Teori Freudian
menyokong banyak kalangan progresif dalam mencuatkan suatu kebebasan yang lebih
bagi ekspresi diri di antara anak-anak dan suatu lingkungan pembelajaran yang
lebih terbuka di mana anak-anak dapat melepaskan energi dorongan-dorongan
instingtif mereka dalam cara-cara yang kreatif.
Pengaruh ketiga adalah karya Emile (1762) Rousseau. Karya ini secara khusus menarik hati kalangan
progresif yang menentang terhadap adanya campur tangan orang-orang dewasa dalam
menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran atau kurikulum subjek didik.[7]
D.
Pendidikan Progresivisme
1.
Tujuan
Pendidikan
Filsafat progresivisme bermaksud menjadikan anak didik yang
mempunyai kualitas dan terus maju (progress) sebagai generasi yang akan
menjawab tantangan zaman peradaban baru.[8]
2.
Asas
Belajar
Asas progresivisme dalam belajar
bertitik tolak dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, tetapi manusia
seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, setiap anak didik bebeda
kemampuannya, individu atau anak didik adalah insane yang aktif kreatif dan
dinamis dan anak didik punya motivasi untuk memenuhi.[9]
3.
Kurikulum
Filsafat progresivisme menghendaki sekolah memiliki kurikulum di
mana bersifat pleksibilitas (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin
tertentu), luas dan terbuka. Jadi
kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya. Kurikulum di pusatkan pada pengalaman atau
kurikulum eksperimental di dasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu
berinteraksi di dalam lingkungan yang komplek.[10]
4.
Metode
Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran
progresivisme diantaranya adalah: (1) Metode Pendidikan Aktif, pendidikan
progresif lebih berupaya penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya; (2) Metode Memonitor Kegiatan Belajar, mengikuti proses
kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila
diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut;
(3) Metode Penelitian Ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya metode
penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep; (4) Pemerintahan
Pelajar, pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam
kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah; (5)
Kerjasama Sekolah dengan Keluarga, pendidikan progresif mengupayakan adanya
kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat
dan kegiatan yang diperlukan anak; (6) Sekolah sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan, sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperan pula
sebagai laboratorium dan pengembangan gagasan baru pendidikan.[11]
5.
Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan
pasif, sekolah adalah sebuah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktivitas
ruang kelas difokuskan pada pemecahan masalah, serta atmosfer di sekolah
diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. [12]
Hal yang harus diperhatikan guru adalah “anak didik bukan manusia
dewasa yang kecil” yang dapat diperlakukan sebagaimana layaknya orang
dewasa. Pertolongan pendidikan dilaksanakan
selangkah demi selangkah (step by step) sesuai dengan tingkat dan perkembangan
psikologis anak.[13]
6.
Pengajar
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai penasihat,
pembimbing, dan pemandu. Peran guru
dapat dilihat sebagai peran membantu subjek didik belajar bagaimana belajar
mandiri sehingga ia akan menjadi sosok orang dewasa yang mandiri dalam
lingkungan yang berubah.[14]
Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah
tradisional, khususnya dalam lima hal: (1) guru yang otoriter, (2) terlampau
mengandalkan metode berbasis buku teks, (3) pembelajaran pasif dengan mengingat
fakta, (4) filsafat empat tembok, yakni terisolasinya pendidikan dari kehidupan
nyata, dan (5) penggunaan rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan
disiplin pada siswa.[15]
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
1.
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan
disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subject-centered).
Progresivisme bermaksud menjadikan anak didik yang mempunyai kualitas
dan terus maju (progress) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan
zaman peradaban baru.
2.
Aliran
progresivisme adalah suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh
dalam abad ke 20. Progresivisme lahir
sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan, terutama sebagai lawan
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari abad
kesembilan belas. Tokoh-tokoh
progresivisme diantaranya adalah John Dewey, Sigmund Freud, dan Jean Jacques
Rousseau.
3.
Progresivisme
menghendaki sekolah memiliki kurikulum di mana bersifat pleksibilitas (tidak
kaku, tidak menolak perubahan, tidak
terikat oleh doktrin tertentu), luas dan terbuka. Metode pendidikan yang biasa mereka
pergunakan diantaranya adalah metode pendidikan aktif, metode memonitor
kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah, pemerintahan pelajar, kerjasama
sekolah dengan keluarga, sekolah sebagai laboratorium pembaharuan. Mereka menganut prinsip pendidikan berpusat
pada anak (child-centered). Guru
dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai penasihat, pembimbing, dan
pemandu.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwasilah,
Chaedar. Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset. 2010
As
Said, Muhammad. Filsafat Pendidikan Islam. Barabai: Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Al-Washliyah. 2009
Gandhi
HW, Teguh Wangsa. Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011
Jalaluddin
dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1997
Knight,
George R. Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Gama Media, 2007
Zuhairini.
Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara. 2008
http://kangwansetiawan.blogspot.com/2011/07/aliran-pragmatisme-dan-progresivisme.html
[1]
http://kangwansetiawan.blogspot.com/2011/07/aliran-pragmatisme-dan-progresivisme.html
[2]
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
20
[3]
Ibid., hlm. 20
[4]
Ibid., hlm. 21
[5]
Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 152-153
[6]
Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Barabai: Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Al-Washliyah, 2009), hlm. 87
[7]
George R. Knight, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2007), hlm. 146
[8]
Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama,1997),
hlm. 74-75
[9]
Jalaluddin, Abdullah Idi., op. cit., hlm. 77
[10]
Ibid., hlm. 78-79
[11]
http://kangwansetiawan.blogspot.com/2011/07/aliran-pragmatisme-dan-progresivisme.html
[12]
George R. Knight., op.cit., hlm. 150-155
[13]
Jalaluddin, Abdullah Idi., op. cit., hlm. 76
[14]
George R. Knight., op.cit., hlm. 151-152
[15]
Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2010), hlm. 105
No comments:
Post a Comment